TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN-NYA

SEJARAH ALOR




Pada masa kontroler Bouman, beberapa pegawai pemerintah Belanda didatangkan. Upaya-upaya mengkristenkan para penganut animismepun mulai dilakukan.
Baptisan pertama dilakukan pada tahun 1908 di Pantai Dulolong, ketika seorang pendeta berkebangsaan Jerman, DS William Bach, tiba dengan sebuah kapal Belanda bernama Canokus, yang oleh orang Alor di zaman itu disebut dengan Kapal Putih.
Di antara mereka yang dibaptis terdapat Lambertus Moata dan Umar Watang Nampira, seorang penganut Islam yang taat. Lambertus Moata kemudian menjadi Pendeta Pribumi Alor yang pertama, sedangkan Umar Watang Nampira barangkali bersedia dibaptis untuk menghormati para pengunjung pada saat itu. Gereja pertama yang dibangun adalah Gereja Kalabahi (sekarang Gereja Pola). Gereja ini dibangun pada tahun 1912. Kayu-kayunya didatangkan dari Kalimantan, sedangkan pekerjanya adalah Pak Kamis dan Pak Jawas yang beragama muslim. Oleh karena itu, sampai saat ini masih merupakan sesuatu yang umum dilakukan di Alor bahwa pembangunan gereja dilakukan oleh orang Muslim dan Mesjid dilakukan oleh orang Kristen. Pada masa ini Alor terdiri dari lima kerajaan, yaitu Kui, Batulolong, Kolana, Baranusa dan Alor. Kerajaan Alor wilayahnya meliputi seluruh jasirah Kabola (bagian utara pulau Alor).
***



PADA tahun 1912 terjadi pengalihan kekuasaan raja dari dinasti Tulimau di Alor Besar kepada dinasti Nampira di Dulolong. Pemerintah kolonial Belanda lebih cenderung memilih Nampira Bukang menjadi Raja Alor sebab beliau berpendidikan dan fasih berbahasa Belanda. Sebagai kompensasi, putra mahkota Tulimau ditunjuk sebagai kapitan Lembur.
Pengalihan kekuasaan ini menyebabkan terjadinya beberapa pemberontakan, namun dapat diredam dengan bantuan Belanda, sehingga sehingga secara tidak langsung pengalihan kekuasaan ini telah menjadi bibit salah satu lembaran hitam sejarah Alor dengan terbunuhnya Bala Nampira.
Pada tahun 1915-1918, Bala Nampira menjadi raja menggantikan ayahnya dan pada tahum 1918 beliau mati terbunuh di Atengmelang. Penyebab terbunuhnya raja ini masih diperdebatkan sampai saat ini dan kadang-kadang dapat membangkitkan amarah di antara sesama orang Alor.
Diyakini bahwa anggota-anggota Galiau Watang Lema menganggap pergantian raja sebagai sebuah pelanggaran yang amat berat dalam aliansi mereka oleh karena sekutu dan saudara mereka telah dipermalukan.
Sementara itu, di Abui timbul rasa tidak puas dikalangan bangsawan oleh karena mereka diharuskan takluk kepada Pemerintahan Raja Nampira. Beberapa anggota Galiau Watang Lema yang tidak puas dengan pengalihan kekuasaan raja itu menjanjikan sebuah moko yang bernilai tinggi kepada seorang wanita dari Manet bernama Malailehi apabila dapat membunuh Raja Nampira. Dengan cara ini mereka berniat mengembalikan takhta Bungan Bali ke Alor Besar.
***
UNTUK memulihkan hukum dan pemerintahannya di Alor, maka Pemerintah Kolonial Belanda, melalui kontroler Mr. Muller menggunakan strategi yang ampuh, yaitu dengan mengawinkan Putra Nampira dengan Putri Bunga Bali dan berhasil dengan baik karena perdamaian pun tercipta pada saat itu. Pada tahun 1930-an, Pemerintah Kolonial Belanda mulai melakukan pembangunan wilayah. Para istri pegawai pemerintah dikirim ke Alor. Kerja sama dengan lima kerajaan relatif baik. Sepanjang jalan utama di tengah kota, rumah-rumah pegawai Pemerintah Kolonial dibangun. Beberapa di antaranya masih dipakai hingga kini. Jalan-jalan dibangun ke segala arah, bahkan saluran air pun dibangun, namun hanya untuk kebutuhan rumah sakit dan pegawai Kolonial Belanda.
Setelah sempat dijajah Jepang dalam Perang Dunia II, kemerdekaan Indonesia pun diproklamirkan. Walau demikian di Alor masih terdapat orang asing. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, sejumlah orang anti wajib militer dan misionaris datang ke Alor dan bekerja sebagai pendeta, perawat bahkan dokter. Di antara mereka terdapat suami-istri Dokter De Jong yang bekerja di Rumah Sakit Umum Kalabahi. Dalam bukunya Brieven aan Alor (Surat-surat ke Alor), Dokter De Jong menceritakan tentang pengalamannya bekerja di Alor. Menurut cerita orang Alor, ada salah satu dokter dari Jerman, Dokter Kleven memberi nama Loni kepada putrinya sesuai kata Balalonikai dalam sebuah lagu lego-lego yang terkenal yaitu Lendolo. REFERENSI

2 komentar:

sejarah yang sesat dan menyesatkan banyak orang

Terima Kasih sebelum nya, kawan... semoga dengan diskusi kecil ini, kita bisa mengupas banyak sejarah Alor dan membangkitkan semangat kaum muda Alor untuk membangun daerah tercinta kita (Alor)... sebetulnya tulisan ini adalah kutipan dari beberapa tulisan yang saya temukan di google... saya mempostingnya untuk mencari respon dari teman2 untuk membagi cerita dan menambah wawasan saya... karena jujur saya bahkan tidak tau sejarah Alor (ironis)... tapi saya berharap, jika kawan berkenan, ada satu program yang sedang saya rancang, tapi kebingungan mencari teman untuk berdiskusi dan menjalankan-nya...

Posting Komentar

SILAHKAN TINGGALKAN COMMENT

smadav antivirus indonesiaFREE EBOOK